Asar Humanity

15 Apr 2025 11:10

Share

Israel Hancurkan RS Terakhir yang Berfungsi di Gaza, Pasien Terpaksa Dievakuasi ke Jalanan

AsarNews, Gaza – Serangan udara Israel pada Minggu pagi (13/4) menghantam Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Kota Gaza, satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih berfungsi penuh di wilayah tersebut.

Serangan ini memaksa evakuasi pasien secara tergesa-gesa, termasuk anak-anak dan pasien kritis, hanya dalam waktu 20 menit.

Tak ada korban langsung dari serangan tersebut, namun satu anak laki-laki meninggal dalam proses evakuasi akibat cedera kepala dan kekurangan oksigen. Unit gawat darurat, laboratorium, serta Gereja St. Philip di sebelahnya turut mengalami kerusakan parah.

Militer Israel mengklaim targetnya adalah markas Hamas, meski tak memberikan bukti. Sementara pihak gereja dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam keras serangan ini dan menyebutkan lebih dari 50 pasien terpaksa dipindahkan, sedangkan puluhan lainnya tidak bisa dievakuasi karena kondisi kritis.

WHO melaporkan akses kemanusiaan semakin menyempit, dan fasilitas kesehatan di Gaza kini berada di ambang kolaps, dengan ribuan warga terjebak di tengah konflik tanpa akses ke layanan medis vital.

IDF berkilah langkah-langkah telah diambil sebelum serangan itu untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil. Hamas membantah tuduhan bahwa rumah sakit itu digunakan untuk keperluan militer.

Militer Israel memperluas operasi daratnya jauh ke Gaza, menciptakan zona penyangga besar antara Jalur Gaza dan wilayah Israel dan mendorong ratusan ribu warga sipil ke daerah yang semakin kecil di pantai Mediterania.

Di selatan, militer Israel mengumumkan telah merebut koridor Morag, memutus Rafah dari wilayah Gaza lainnya. Pada Minggu malam, kementerian pertahanan mengatakan IDF telah "menyelesaikan pendudukan poros Morag" dan bahwa wilayah perbatasan utara di Gaza juga diperluas sebagai bagian dari "zona keamanan" Israel.

"Tujuan utamanya adalah untuk memberikan tekanan berat pada Hamas agar kembali ke garis besar pembebasan sandera - dan semakin Hamas bersikeras dalam penolakannya, semakin intensif aktivitas IDF," kata Menteri Pertahanan Israel Katz, seperti dilansir CNN.

Secara keseluruhan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 400.000 orang telah diperintahkan untuk pindah selama tiga minggu terakhir, dengan rumah sakit sering digunakan sebagai tempat berlindung selama konflik. Seorang pasien di rumah sakit Baptis Al-Ahli, Mohammed Abu Naser, mengatakan kepada CNN bahwa dia masih berada di dalam rumah sakit saat serangan terjadi.

"Kami menduga kami semua akan meninggal di dalam rumah sakit. Saya tidak mendapatkan perawatan atau apa pun saat ini. Kami tidak punya pilihan selain bepergian ke luar negeri untuk berobat," ucap Abu Naser.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa rumah sakit tersebut ditutup sementara dan mengarahkan orang-orang ke tiga rumah sakit lainnya.

Keuskupan Yerusalem mengutuk serangan tersebut dan mengatakan bahwa selain kerusakan pada unit gawat darurat, Laboratorium Genetika dua lantai juga dihancurkan. Keuskupan mengatakan bahwa ini adalah kelima kalinya rumah sakit tersebut diserang sejak Oktober 2023.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan apotek rumah sakit yang sekarang "tidak beroperasi" itu juga hancur dan terpaksa memindahkan 50 pasien ke rumah sakit lain, sementara 40 pasien kritis tidak dapat dipindahkan. Direktur Rumah Sakit Fadel Naim mengatakan anak yang meninggal selama evakuasi dikarenakan "kekurangan oksigen dan alami kedinginan yang parah."

Ketika fasilitas kesehatan di Gaza mengalami tekanan karena kekurangan obat-obatan dan peralatan, WHO mengatakan bahwa dua misi ke Al-Ahli dan rumah sakit Indonesia telah ditolak oleh otoritas Israel.

Dalam sebuah posting di X, organisasi tersebut mengatakan rumah sakit di Gaza sangat membutuhkan, namun akses kemanusiaan yang menyusut menghalangi kemampuan WHO untuk memasok kembali dan mencegah pasien menerima perawatan yang menyelamatkan nyawa dengan aman.