Asar Humanity

07 Feb 2024 16:53

Share

Starbucks dan McDonald's Serempak Menyalahkan Israel, Kenapa Ya?

AsarNews, Amerika Serikat - Dua raksasa perusahaan fast food FMCG terbesar di Amerika Serikat (AS), McDonald's dan Starbucks, menyatakan bahwa serangan Israel di Gaza, Palestina menjadi penyebab kerugian penjualan perusahaannya pada akhir 2023 lalu.

Melansir dari CNBC International, McDonald's dan Starbucks adalah perusahaan besar di AS yang mengatakan bahwa konflik di Timur Tengah telah merugikan penjualan mereka dan kemungkinan besar akan menekan permintaan di kuartal-kuartal mendatang.

Saham McDonald's turun hampir 4 persen pada Senin (5/2/2024) kemarin setelah perlambatan penjualan di Timur Tengah dilaporkan berkontribusi terhadap penurunan pendapatan pada kuartal keempat.

Penjualan McDonald's pada kuartal keempat di Timur Tengah merosot setelah waralaba (franchise) di Israel memberikan makanan gratis dan diskon khusus kepada Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel.

Menurut analis TD Cowen, Andrew Charles, biasanya Timur Tengah menyumbang sekitar 2 persen dari penjualan global McDonald's dan 1 persen dari pendapatan global sebelum bunga dan pajak.

CEO McDonald's, Chris Kempczinski, mengatakan bahwa perusahaannya melihat penjualan yang menurun di Timur Tengah dan negara-negara mayoritas Muslim, seperti Indonesia dan Malaysia.

Tidak hanya Indonesia dan Malaysia, McDonald's di Prancis yang memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa pun juga mengalami penurunan penjualan.

"Dampak perang terhadap bisnis lokal para pewaralaba ini mengecewakan dan tidak berdasar," kata Kemczinski kepada para analis.

israel-palestiniansusa-11_169
Sementara itu, saham Starbucks turun sekitar 2 persen sejak Selasa (6/2/2024). Hal ini seiring dengan Starbucks yang melaporkan bahwa serangan di Gaza mengurangi penjualan di AS dalam tiga bulan terakhir 2023.

Sebelumnya, Starbucks menjadi target boikot setelah pihak manajemen menggugat serikat pekerja, Starbucks Workers United, pada awal Oktober 2023 lalu. Gugatan tersebut muncul setelah organisasi tersebut menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina.

Menurut keterangan resmi Starbucks, gugatan tersebut dilayangkan karena Starbucks Workers United dianggap menyalahgunakan nama, logo, dan kekayaan intelektual perusahaan.

CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, mengatakan bahwa penjualan Starbucks di Timur Tengah mengalami kesulitan. Selain itu, boikot juga merugikan kafe-kafenya di AS. Penjualan rantai toko yang sama di AS naik 5 persen pada kuartal fiskal pertama yang berakhir pada 31 Desember.

Narasimhan mengatakan, Starbucks tengah berupaya untuk kembali meningkatkan penjualan dengan menawarkan promosi baru yang lebih bertarget dan meluncurkan menu minuman baru.

Selain McDonald's dan Starbucks, sejumlah aktivis pendukung Palestina juga menyerukan boikot terhadap perusahaan restoran cepat saji lainnya, seperti Domino's Pizza, Papa John's, Burger King dari Restaurant Brands International, dan Pizza Hut dari Yum Brands.

Yum Brands dijadwalkan untuk merilis laporan kuartal keempatnya pada Rabu (7/2/2024) besok. Sementara itu, Restaurant Brands International diperkirakan tidak akan merilis pendapatan kuartal mereka hingga akhir bulan.

Kabar rebranding Starbucks menjadi Vista Coffee

Kabar soal Starbucks yang ganti nama santer terdengar. Sebagian mengaitkan kabar ini dengan gerakan boikot yang disebut telah membuat perusahaan asal Amerika tersebut merugi. Benarkah demikian?
Faktanya, Starbucks yang berlokasi di Bandara Dublin, Irlandia, memang baru saja melakukan rebranding menjadi Vista Coffee. Perubahan ini bahkan diumumkan oleh akun resmi Dublin Airport di X (sebelumnya Twitter).

"Vista Coffee berlokasi di tepi udara di T1, tepat setelah The Loop, di unit yang sebelumnya ditempati oleh Starbucks," demikian bunyi pengumuman tersebut, pada 4 Januari lalu.