Asar Humanity

17 Nov 2023 10:05

Share

Krisis di RS Indonesia: Peralatan Tidak Berfungsi Atasi Kewalahan Korban Luka

AsarNews, Gaza - Direktur Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya mengatakan 45 pasien membutuhkan 'intervensi bedah segera'. Rumah sakit Indonesia di Gaza utara 'tidak berfungsi sama sekali' karena kurangnya pasokan dan banyaknya pasien di tengah serangan Israel di wilayah yang terkepung, kata Direktur Rumah Sakit, Atef al-Kahlout.

Rekaman dari rumah sakit di Beit Lahiya di Jalur Gaza utara menunjukkan warga Palestina yang terluka berbaris di lorong-lorong fasilitas tersebut dan berbaring tengkurap di tengah genangan darah.

Pasien di Rumah Sakit Indonesia (RSI) Gaza sangat membludak, akibat agresi dan serangan Israel yang tak henti sejak lebih dari sebulan terakhir.

al-Kahlout, selaku Direktur RS Indonesia di Beit Lahiya, mengatakan departemen rumah sakit “tidak dapat melaksanakan pekerjaan mereka”. Petugas kesehatan di rumah sakit menyebutkan kekurangan pasokan yang parah.

Hampir 30.000 warga Palestina terluka sejak Israel memulai serangannya di Gaza pada 7 Oktober setelah Hamas melakukan serangan mendadak di Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut pihak berwenang Israel.

Lebih dari 11.400 orang telah terbunuh, termasuk lebih dari 4.600 anak-anak, dalam serangan Israel di Gaza, menurut otoritas kesehatan Palestina. Israel juga sangat membatasi pasokan air, makanan, listrik dan bahan bakar , dan lembaga bantuan memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan di wilayah tersebut.

“Tim medis [di rumah sakit Indonesia] terpaksa mengamputasi [bagian tubuh] beberapa pasien karena organ-organnya membusuk,” Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera melaporkan dari Khan Younis, menambahkan bahwa rumah sakit tidak dapat memindahkan korban luka ke tempat lain.

2023-11-16T160438Z_987900462_RC2CE4ADRQKK_RTRMADP_3_ISRAEL-PALESTINIANS-1700159939
“Semua rumah sakit di Kota Gaza dan wilayah utara telah berhenti beroperasi,” kata direktur al-Kahlout.

Rumah Sakit Indonesia, yang terletak di dekat kamp pengungsi Jabalia – yang terbesar di Gaza – juga telah menampung ratusan pengungsi yang mencari perlindungan di sana.

Lingkungan sekitar rumah sakit telah diserang beberapa kali oleh pasukan Israel, dan setidaknya dua warga sipil tewas dalam serangan antara tanggal 7 dan 28 Oktober, menurut Human Rights Watch.

Militer Israel menuduh Rumah Sakit Indonesia digunakan “untuk menyembunyikan pusat komando dan kendali bawah tanah” untuk Hamas. Pejabat Palestina dan kelompok Indonesia yang mendanai rumah sakit tersebut telah menolak klaim tersebut.

Sementara itu, kekhawatiran semakin meningkat terhadap ribuan warga sipil yang terjebak di Rumah Sakit al-Shifa , kompleks medis terbesar di Gaza, di tengah serangan Israel yang sedang berlangsung. Israel mengatakan rumah sakit tersebut merupakan pusat komando Hamas, namun klaim tersebut dibantah oleh kelompok tersebut.