Asar Humanity

24 Oct 2023 15:38

Share

Agresi Israel: Melawan Penduduk Sipil dan Anak-Anak Di Palestina

AsarNews, Gaza - Lebih dari 100 anak terbunuh setiap hari sejak Israel mulai mengebom wilayah kantong Palestina yang terkepung pada 7 Oktober.

Satu anak terbunuh setiap 15 menit dalam pemboman Israel di Gaza, menurut sebuah LSM Palestina, menyoroti besarnya korban yang ditimbulkan oleh perang saat ini terhadap anak-anak.

Lebih dari 100 anak terbunuh setiap hari sejak Israel mulai mengebom daerah kantong Palestina yang terkepung pada 7 Oktober setelah serangan mematikan Hamas. Lebih dari 3.400 warga Palestina tewas dalam serangan Israel yang paling mematikan dalam beberapa dekade terakhir.

AA-20231018-32448221-32448206-ISRAELI_AIRSTRIKES_CONTINUE_ON_THE_12TH_DAY_IN_GAZA-1697690789
Bukankah anak-anak dilindungi secara hukum dalam perang?

Ya, memang seharusnya begitu. Aturan konflik bersenjata yang diterima secara internasional disahkan berdasarkan Konvensi Jenewa pada tahun 1949, yang menyatakan bahwa anak-anak harus dilindungi dan diperlakukan secara manusiawi.

Israel meratifikasi konvensi tersebut pada tahun 1951, hanya beberapa tahun setelah satu setengah juta anak-anak Yahudi dibunuh di Eropa selama Holocaust. Namun Israel tidak mengakui Konvensi Jenewa ke-4, yang melindungi warga sipil yang memerangi pendudukan, karena Israel tidak menganggap Palestina sebagai wilayah pendudukan.

Penggunaan kekuatan militer yang tidak proporsional di Gaza dianggap oleh Israel sebagai cara yang sah untuk menghancurkan Hamas. Oleh karena itu, kematian warga sipil yang dihitung dalam serangan tersebut, termasuk anak-anak, tidak termasuk dalam kejahatan perang, klaim Israel.

photo_2023-10-23_05-28-35
Apa dampak perang terhadap anak-anak?

Para orang tua, seperti Esra Abu Ghazzah, berusaha mencari cara untuk menenangkan anak-anaknya dari aksi bom dan perusakan di sekitar mereka. Ibu berusia 30 tahun itu mengatakan kepada Al Jazeera bahwa anak-anaknya, yang berusia delapan dan dua tahun, mulai muntah-muntah setelah serangan udara, dan juga mengompol. Keduanya merupakan respons terhadap rasa takut yang meningkat.

Anak-anak Abu Ghazzah adalah bagian dari 95 persen anak-anak Palestina di Gaza yang hidup dengan dampak psikologis perang.

Sebuah makalah penelitian yang ditulis oleh psikolog Palestina, Dr Iman Farajallah, menemukan bahwa anak-anak yang selamat dari perang tidak akan selamat dan harus menanggung akibat buruk secara psikologis, emosional, dan perilaku. []