Asar Humanity

07 Mar 2024 18:09

Share

Boikot Starbucks Membuahkan Hasil, Sebanyak 2000 Karyawan di PHK

AsarNews, Depok - Waralaba Starbucks di Timur Tengah mengatakan pihaknya mulai memecat sekitar 2.000 pekerja di kedai kopinya di seluruh wilayah. Ini terjadi setelah merek tersebut menjadi sasaran boikot para aktivis selama perang Israel-Hamas berlangsung.

Alshaya Group yang berbasis di Kuwait, sebuah perusahaan keluarga swasta yang memegang hak waralaba untuk berbagai perusahaan Barat termasuk The Cheesecake Factory, H&M dan Shake Shack, mengeluarkan pernyataan soal ini pada Selasa waktu setempat. PHK berlangsung di lokasi mereka di Timur Tengah dan Afrika Utara.

"Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah rekan kerja di gerai Starbucks MENA kami," bunyi pernyataan tersebut seperti dikutip Associated Press (AP), Rabu (6/3/2024).

Laporan awal sebenarnya dimuat Reuters, di mana ada 2.000 karyawan terdampak. Diyakini para pekerja asing terkena dampak, rata-rata datang dari negara-negara Asia.

Alshaya sendiri menjalankan sekitar 1.900 cabang Starbucks di Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab (UEA). Secara total, Starbucks sendiri telah mempekerjakan lebih dari 19.000 staf dan PHK ini mewakili lebih dari 10% pekerja.

Perlu diketahui, sejak awal perang pada 7 Oktober, Starbucks berada di samping merek-merek Barat lainnya yang menjadi sasaran para aktivis pro-Palestina karena perang tersebut. Perusahaan ini disebut "secara terang-terangan disebut mendukung Israel".

"Kami tidak punya agenda politik," bantah manajemen Starbucks beberapa waktu lalu. "Kami tidak menggunakan keuntungan kami untuk mendanai operasi pemerintah atau militer di mana pun-dan tidak pernah melakukannya."

Sebelumnya, pada Oktober tahun lalu, Starbucks menggugat Workers United yang telah mengorganisir pekerja di setidaknya 370 toko Starbucks di AS, atas pesan pro-Palestina yang diposting di akun media sosial serikat pekerja. Starbucks mengatakan pihaknya berusaha membuat serikat pekerja tersebut berhenti menggunakan nama dan kemiripannya, karena postingan tersebut juga menuai protes dari para demonstran pro-Israel.

"Para pemboikot merasa perusahaan tidak memberikan dukungan yang memadai terhadap warga Palestina di Jalur Gaza," bunyi laporan kala itu.

Pendapatan Starbucks naik 8% ke rekor US$9,43 miliar (sekitar Rp 148 triliun) untuk periode Oktober-Desember. Namun angka tersebut lebih rendah dari perkiraan analis sebesar US$9,6 miliar, kemungkinan besar karena boikot aktivis.

Starbucks bukan satu-satunya merek yang menjadi sasaran para aktivis perang. Pihak lain menyerukan boikot terhadap McDonald's setelah pemegang waralaba lokal di Israel mengumumkan bahwa mereka menyediakan makanan gratis kepada tentara Israel.