Asar Humanity

29 Aug 2023 21:36

Share

Enam tahun Eksodus Rohingya : Krisis Pangan dan Ketakutan Akan 'Generasi yang Hilang'

Cox's Bazaar, Bangladesh - PBB mengatakan tahun 2022 adalah salah satu tahun paling mematikan bagi etnis Rohingya di laut, setelah hampir 400 pengungsi tewas saat melakukan perjalanan berbahaya dengan perahu dari Myanmar dan Bangladesh melintasi Laut Andaman dan Teluk Benggala.

Di saat itu militer Myanmar mulai membunuh laki-laki Rohingya, memperkosa perempuan dan membakar desa-desa mereka pada hari itu, lebih dari 750.000 dari mereka melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh di mana mereka berlindung di distrik Cox's Bazar di selatan – yang sekarang menjadi kamp pengungsi terbesar di dunia.

Sejak terjadinya hal tersebut, para pengungsi memperingati tanggal 25 Agustus sebagai “Hari Genosida” untuk menuntut keadilan dan mengupayakan pemulangan yang aman dan sukarela ke rumah mereka di Myanmar, yang sedang menghadapi persidangan genosida di Mahkamah Internasional di Den Haag.

Pengungsi Rohingya yang berada di kamp-kamp Bangladesh hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan makanan karena mereka tidak diperbolehkan meninggalkan kamp atau bekerja secara formal. Sejak Maret tahun 2023 ini, bantuan Program Pangan Dunia (World Food Programme) kepada satu juta pengungsi dipotong sepertiganya menjadi hanya $8 per bulan karena kekurangan dana.

Para pengungsi merasakan seperti terkurung dalam sebuah kandang, sebab ia tidak punya tempat untuk melarikan diri dan memperoleh kehidupan lebih baik. Muslim Rohingya banyak dari mereka yang tidak memiliki status kewarganegaraan, sehingga sulit mengakses kebutuhan primer di negara yang ditempati.