Asar Humanity

07 Apr 2023 09:23

Share

Terobosan Teknologi Web 3.0 Harapan Baru Kemajuan Ekonomi Islam

Terobosan Teknologi Web 3.0 Harapan Baru Kemajuan Ekonomi Islam JAKARTA– Para pakar teknologi memprediksi bahwa Web 3.0 akan menjadi evolusi terbaru internet yang mampu memahami semua keinginan pengguna di masa depan. Sebagai generasi ketiga dari evolusi web yang berbasis blockchain, dalam Web 3.0, sebuah situs akan mampu memproses segala bentuk informasi dengan lebih cerdas dengan memanfaatkan teknologi, seperti machine learning, big data, dan sebagainya. Merespons kemajuan umat manusia yang makin berkembang pesat ini, IBF Net Group, ASAR Humanity, dan Persatuan Pelajar Indonesia United Emirat Arab (UEA) menghadirkan webinar bertema “Teknologi Web 3: Urgensi dan Manfaatnya dalam Ekonomi Islam”, Sabtu (01/04). Dalam webinar internasional yang menghadirkan dialog eksklusif dan pemaparan dari para pakar, akademisi dan praktisi di dunia digital.



whatsapp-image-2023-04-06-at-143426.jpeg
 

Dengan pembahasan yang up to date dalam webinar kali ini tentu saja menarik perhatian ratusan peserta dari kalangan profesional, mahasiswa, maupun akademisi dari berbagai lembaga dan universitas di Indonesia. Adapun tema yang dibahas adalah, pengenalan Web 3.0 dan penggunaan teknologi blockchain sebagai sarana pengembangan ekonomi Islam dalam SDG’s dan ranah industri digital, zakaf dan wakaf sebagai instrumen dalam ekonomi Islam untuk membangun peradaban Islam dan solusi konkrit dalam penyelesaian permasalahan umat melalui filantropi Islam. Dalam pemaparannya Founder IBF Net Group, Dr. Mohammed Obaidullah menyampaikan bahwa IBF Net Group siap meramaikan perkembangan industri Web 3 di Indonesia. Ia juga menyampaikan terkait Sustainable Development Goals 2030 (SDGs) yang merupakan agenda untuk pembangunan berkelanjutan. “Salah satu tujuan SDGs yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui digital. Di sisi lain pengembangan teknologi dan kemajuan di bidangnya juga sangat penting untuk diperhatikan guna mendukung pencapaian SDGs itu sendiri. Bidang teknologi informasi dan komunikasi tentu dapat mendorong pencapaian SDGs. Salah satunya adalah teknologi blockchain,” ungkapnya. 

Blockchain dalam Ekonomi Islam “Pertukaran antara modal reputasi dan inovasi dalam hal keuangan sosial, tidak seperti keuangan komersial. Zakat, sedekah, wakaf sebagai keuangan sosial Islam memiliki ketentuan Syariah yang unik. Arah inovasi harus kepada kepatuhan Syariah yang lebih baik dan menghindari area yang tidak disetujui. Blockchain dan platformisasi yang dikembangkan IBF Net Group membantu untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Dokumentasi berbasis blockchain untuk pelestarian aset wakaf; smart contract untuk pengembangannya,” jelas Dr. Mohammed Obaidullah. “Saat ini kami sedang memperluas cakupan platform-platform kami (Benevolence, Credence, Excellence, IRSHAD) dengan membawa semua ke dalam metaverse. Proyek ini semakin meluaskan gagasan miniatur ekonomi Islam di dunia web 3.0 dan menunjukkan potensi teknologi metaverse dalam menciptakan pasar yang lebih efisien dan manusiawi. Dengan didukung sepenuhnya oleh Algorand Foundation, Proyek IBF Net Group ini mempertimbangkan lingkungan budaya yang unik, peraturan, dan kebijakan yang ada di Asia Tenggara terkait web 3.0. Dengan munculnya teknologi blockchain, IBF Net Group memulai sebuah inisiatif untuk membangun miniatur ekonomi Islam di blockchain menggunakan protokol Algorand,” ungkapnya. 

whatsapp-image-2023-04-06-at-143428.jpeg

Adapun menurut Sonny Dhamayana Rochman, mahasiswa doktoral Manipal University, Dubai-UEA, bahwa seiring teknologi informasi yang berkembang saat ini, telah memberikan disrupsi terhadap ekonomi berbasis konvensional tersentralisasi menjadi digital terdesentralisasi. “Perkembangan teknologi Generative Artificial Intelligence yang pesat, turut menyumbang dalam disrupsi digital transformasi ekonomi yang membuka peluang dan tantangan bagi kegiatan ekonomi Islam, seperti: zakat, infaq, sedekah, waqaf, jual beli dan sebagainya. Peluang di Indonesia saat ini, kegiatan ekonomi Islam berbasis teknologi blockchain, baru memasuki fase early adoption, sehingga persiapan atau perbaikan dari sisi regulasi, pengembangan infrastruktur, dan aplikasi masih terbuka luas,” ungkapnya. Sonny juga menekankan, “Perlu adanya pengembangan dari sisi literasi edukasi teknologi dan ekonomi berbasis desentralisasi ekosistem, regulasi yang meliputi ruang lingkup hukum ekonomi berbasis desentralisasi ekosistem, ethic guidelines produk turunan berbasis generative AI dan teknologi blockchain, serta standarisasi produk dan ekosistem,” ujar anggota PPI-UEA ini. 

Keniscayaan Filantropi Digital Mewakili praktisi filantropi digital, Purwadi Nugroho menyampaikan pengalamannya terkait hubungan teknologi dan filantropi Islam. “Kebutuhan akan transformasi digital dalam dunia filantropi akan semakin tak terbendung. Sebuah keniscayaan yang menuntut semua pegiat filantropi dan organisasinya, apapun levelnya untuk sesegera mungkin beradaptasi dan mengadopsi inovasinya,” ungkap Director of Creative Strategic and Media ASAR Humanity. Purwadi juga mengingatkan, ada faktor gen Z dan millenial yang turut dominan dalam perkembangan teknologi digital dan media sosial. Sehingga sudah selayaknya apapun pelaksanaan strategi, baik penghimpunan, distribusi dan pendayagunaan harus melihat perkembangan teknologi ini.

 Meski demikian, jangan serta merta meninggalkan filantropi tradisional yang nyatanya di Indonesia saat ini masih memiliki segmen-nya tersendiri. Dalam webinar kali ini tidak hanya mendapatkan edukasi, peserta juga dapat berkontribusi secara langsung dalam program penggalangan filantropi melalui ASAR Humanity. Hasil donasi tersebut sepenuhnya disalurkan melalui “Program Kemanusiaan Bantu Korban Gempa Cianjur” yang pada saat November 2022 dilanda musibah. “Kami juga mengucapkan terima kasih kepada IBF Net Group, PPI United Emirat Arab dan BSO KSEI Universitas Negeri Jakarta atas terselenggaranya acara ini. Semoga kolaborasi kebaikan ini dapat terus berlanjut,” tutup Purwadi.