Asar Humanity

15 Mar 2024 14:32

Share

Penyebab Ramadhan 2024 di Musim Pancaroba, Banyak Hujan dan Angin Kencang!

AsarNews, Depok - Cuaca ekstrem, berupa hujan lebat hingga angin kencang, masih melanda sejumlah wilayah RI saat masa pancaroba yang bertepatan dengan Bulan Ramadhan 2024. Apa penyebabnya? Simak!

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya mengingatkan potensi cuaca ekstrem selama periode pancaroba yang diprakirakan berlangsung Maret-April 2024.

"Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam keterangannya di laman BMKG, Minggu (25/2).

Dwikorita menjelaskan, berdasarkan analisa dinamika atmosfer saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di bagian selatan. Ini mengindikasikan wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim pada Maret-April.

Salah satu ciri masa peralihan adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Menurut Dwikorita hal ini terjadi karena radiasi Matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan Bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Ia melanjutkan, karakteristik hujan pada periode ini cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumolonimbus (CB) akan meningkat.

"Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas," paparnya.

"Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor," imbuhnya.

Ini dia penyebab terjadinya cuaca ekstrem pada Ramadhan 2024

BMKG memprediksi cuaca ekstrem masih akan berlangsung di sejumlah daerah, termasuk wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat, selama sepekan ke depan, setidaknya sampai tanggal 18 Maret. Pemicu signifikan cuaca ekstrem sepekan ke depan mencakup sejumlah fenomena.

Pertama, fenomena atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada fase 4 (Samudera Hindia)

Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif sepekan ke depan di sebagian wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur.

Selain itu, di Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Ketiga, gelombang atmosfer Kelvin yang diprediksi aktif di wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Keempat, Bibit Siklon Tropis 91S yang terpantau di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa bergerak ke arah timur-tenggara.

Bibit Siklon Tropis ini menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin >25 knot (low level jet) di Samudera Hindia barat daya Sumatera hingga Samudera Hindia selatan Jawa yang mampu meningkatkan potensi tinggi gelombang di sekitar Bibit Siklon Tropis tersebut.

Kelima, Sirkulasi Siklonik yang terpantau di Australia barat bagian utara dan di Teluk Carpentaria utara Australia yang membentuk daerah konvergensi memanjang di perairan utara Australia hingga Teluk Carpentaria.

Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari pesisir barat Sumatera Barat hingga Bengkulu, dari Lampung hingga Jawa Barat, dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, di Bali, Nusa Tenggara, di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan di Papua.

Keenam, daerah pertemuan angin (konfluensi) yang memanjang di Laut Jawa, Selat Karimata, di Samudra Hindia barat daya Sumatera hingga selatan Jawa, Samudra Hindia selatan Bali-Nusa Tenggara.

Ada pula di perairan utara dan selatan Jawa-Nusa Tenggara, Laut Flores, NTB, NTT, Laut Sawu, Laut Timor, dan dari Laut Banda hingga Papua bagian selatan dan Laut Arafuru.

Sahabat, lebih berhati-hati dan selalu pantau perkembangan cuaca wilayah dengan melihat kanal informasi dari pemerintah setempat.