Asar Humanity

13 Mar 2024 10:05

Share

Gawat! Ini Akibatnya Ketika Lempeng Tektonik India Membelah Diri

AsarNews, Jakarta - Miliaran tahun yang lalu, permukaan bumi yang dihuni manusia saat ini merupakan lautan batuan cair. Saat magma yang mendidih ini berangsur-angsur mendingin, ia membentuk cangkang berbatu yang berkesinambungan.

Mineral-mineral yang lebih padat menyatu ke bagian dalam bumi dan mineral yang tidak begitu padat naik ke permukaan. Begitulah cara lempeng terbentuk di permukaan bumi.

Dikutip dari laman Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), lempeng tektonik (lempeng litosfer) adalah lempengan batuan padat masif yang bentuknya tidak beraturan.

Ukuran lempeng bisa sangat bervariasi, mulai dari beberapa ratus hingga ribuan kilometer, dengan Lempeng Pasifik dan Antartika adalah yang paling besar.

Ketebalan lempeng juga bisa sangat bervariasi, mulai kurang dari 15 kilometer untuk litosfer samudera muda hingga sekitar 200 kilometer atau lebih untuk litosfer benua kuno.

Tanpa kita sadari, lempeng Bumi terus bergerak. Pergerakan ini diprediksi akan membelah sejumlah daratan. Selain Afrika, daratan India juga disebut akan terbelah dua.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa Pelat Tektonik India mungkin sedang mengalami pemisahan horizontal, menjadi dua lapisan tebal sekitar 100 kilometer masing-masing.

Hal ini berbeda dengan proses pemisahan vertikal yang terjadi di Timur Afrika, di mana terbentuknya mikrokontinen baru. Untuk pemisahan di India tampaknya terjadi secara horizontal ketika bertemu dengan Pelat Tektonik Eurasia.

Himalaya, sebagai rangkaian pegunungan terbesar di dunia, memiliki ciri khas utama berupa Dataran Tinggi Tibet di belakangnya. Gerakan India ke utara dengan kecepatan 1-3 kilometer/tahun selama 60 juta tahun diakui sebagai pendorong utama pembentukan pegunungan ini. Namun, mekanisme pasti terbentuknya Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet masih menjadi perdebatan.

Sejumlah teori mencoba menjelaskan fenomena ini. Salah satu teori menyatakan bahwa Pelat India terlalu apung untuk tenggelam ke dalam mantel, sehingga meluncur di bawah Pelat Eurasia dan menciptakan tonjolan yang menjadi Dataran Tinggi Tibet. Teori lainnya menyebutkan bahwa Pelat India merenggang, seperti kertas yang dipaksa tegak lurus, dengan Tibet terbentuk oleh tonjolan.

Seperti yang dilansir dari IFLSCIENCE, Selasa (12/3/24), Desember lalu, sebuah opsi ketiga diajukan di Konferensi American Geophysical Union. Menurut pandangan ini, Pelat India sedang mengalami delaminasi. Akibatnya, nanti bagian atasnya mengelupas untuk menopang Tibet, sementara bagian bawah yang lebih padat tenggelam ke dalam mantel.

Para peneliti menduga bahwa bagian atas yang mengapung ini, yang tebalnya cukup untuk menjelaskan ketinggian Tibet, sementara bagian bawah berperilaku seperti lempeng samudera yang terpaksa di bawah lempeng benua.

Berikut Jumlah Lempeng Tektonik Yang Berada di Bumi

Jumlah lempeng bumi cukup bervariasi berkisar dari selusin hingga puluhan lempeng. Perbedaan tersebut tergantung bagaimana Anda melihatnya.

Dilansir dari laman Live Science, kebanyakan ahli geologi sepakat bahwa terdapat antara 12 dan 14 lempeng "primer" yang menutupi sebagian besar permukaan bumi.

Dengan 7 lempeng besar sebagai berikut:

Lempeng Amerika Utara
Lempeng Afrika
Lempeng Eurasia
Lempeng Indo-Australia
Lempeng Amerika Selatan
Lempeng Antartika
Lempeng Pasifik.

Yang paling besar adalah Lempeng Pasifik, yang luasnya mencapai 103,3 juta kilometer persegi, diikuti oleh Lempeng Amerika Utara dengan luas 75,9 juta kilometer persegi.

Selain tujuh lempeng yang sangat besar, ada lima lempeng lainnya yang berukuran lebih kecil yakni lempeng Laut Filipina, Cocos, Nazca, Arab, dan Juan de Fuca.

Beberapa ahli geologi menghitung Lempeng Anatolia (bagian dari Lempeng Eurasia) dan Lempeng Afrika Timur (bagian dari Lempeng Afrika) secara terpisah.

Keduanya bergerak dengan kecepatan berbeda dari lempeng utamanya. Hal ini menjelaskan mengapa perkiraan lempeng utama berkisar antara 12 hingga 14 km.